
Malware adalah perangkat lunak yang dirancang untuk merusak atau mengganggu sistem komputer, jaringan, atau server. Serangan malware bertujuan untuk merusak, mengamankan akses yang tidak sah, atau mencuri data dari komputer, jaringan, atau server. Beberapa jenis malware yang disebutkan adalah:
Serangan Denial-of-Service (DoS) adalah teknik serangan di mana pelaku membanjiri suatu website atau jaringan dengan lalu lintas yang berlebihan, sehingga membuat layanan tersebut tidak dapat diakses oleh pengguna yang sah.
Tujuan utama serangan DoS adalah untuk menurunkan kapabilitas operasional suatu bisnis online dengan membuat layanannya tidak dapat diakses. Ini dapat menyebabkan kerugian finansial dan reputasi bagi perusahaan yang diserang.
Serangan DoS dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti mengirimkan permintaan koneksi yang berlebihan, memanfaatkan kelemahan dalam perangkat lunak, atau menggunakan perangkat yang terinfeksi malware untuk menyerang.
Phishing adalah teknik yang digunakan oleh cybercriminal untuk menipu pengguna agar mengungkapkan informasi sensitif, seperti kata sandi atau informasi keuangan, atau mengklik tautan berbahaya melalui email atau pesan yang terlihat sah. Phishing memanfaatkan kelengahan dan kurangnya kewaspadaan pengguna untuk mendapatkan keuntungan yang tidak sah.
Email phishing sering terlihat asli, seperti berasal dari institusi keuangan, layanan online, atau organisasi lainnya yang dikenal. Tujuannya adalah untuk membuat penerima percaya dan mengikuti instruksi yang diberikan. Jika pengguna terjebak dalam skema phishing, mereka dapat kehilangan informasi penting atau terinfeksi malware yang dapat merusak sistem mereka.
Spoofing adalah teknik di mana pelaku menyamar sebagai entitas yang sah, seperti website atau alamat email, untuk menipu pengguna. Serangan spoofing sering kali digunakan bersama dengan phishing untuk mendapatkan akses tidak sah ke informasi sensitif pengguna.
Spoofing memanfaatkan kepercayaan pengguna terhadap entitas yang seolah-olah sah, tetapi sebenarnya dikendalikan oleh pelaku yang berniat jahat. Dengan memalsukan identitas yang terpercaya, pelaku dapat membuat pengguna percaya dan tertipu untuk membagikan informasi penting atau melakukan tindakan yang berbahaya.
Serangan berbasis identitas menargetkan kredensial pengguna, seperti informasi login atau data pribadi, untuk mendapatkan akses tidak sah. Teknik yang sering digunakan untuk melakukan serangan ini adalah phishing atau memanfaatkan kelemahan keamanan lainnya.
Dengan memperoleh informasi login atau data pribadi pengguna, pelaku dapat menyalahgunakan identitas mereka untuk melakukan aktivitas ilegal atau mencuri informasi sensitif. Serangan berbasis identitas dapat menyebabkan kerugian finansial, pencemaran nama baik, dan masalah keamanan yang serius bagi korbannya.
Serangan injeksi kode melibatkan penyisipan kode jahat, seperti SQL injection, ke dalam website atau aplikasi web untuk mengeksploitasi kerentanan. Tujuan serangan ini adalah untuk mengambil alih database dan mengakses informasi yang seharusnya dilindungi.
Dengan memanfaatkan celah keamanan dalam aplikasi web, pelaku dapat memasukkan kode berbahaya yang dapat mengendalikan database, mencuri data, atau melakukan tindakan ilegal lainnya. Serangan injeksi kode dapat memberikan akses tidak sah ke informasi sensitif dan dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada sistem dan infrastruktur yang diserang.
Serangan rantai pasokan terjadi ketika cybercriminal mengkompromikan perangkat lunak atau layanan pihak ketiga yang digunakan oleh website atau organisasi. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan yang luas, mengingat ketergantungan organisasi pada sistem eksternal dalam operasi sehari-hari.
Dengan menyerang rantai pasokan, pelaku dapat mengakses sistem dan data yang seharusnya dilindungi melalui pihak ketiga yang dipercaya. Serangan rantai pasokan memanfaatkan kepercayaan dan ketergantungan organisasi pada mitra eksternal, sehingga membuat mereka rentan terhadap serangan yang berasal dari sumber yang tidak terduga.
Serangan rekayasa sosial melibatkan manipulasi psikologi manusia untuk mendapatkan akses yang tidak sah, seperti melalui pretexting atau baiting. Hacker sering kali memanfaatkan kelemahan manusia, seperti rasa ingin tahu atau kepercayaan, daripada memanfaatkan kelemahan teknis dalam serangan ini.
Dengan memanipulasi korban untuk membagikan informasi sensitif atau melakukan tindakan berbahaya, pelaku dapat memperoleh akses yang tidak sah ke sistem dan data. Serangan rekayasa sosial mengandalkan kemampuan pelaku untuk memahami dan memanipulasi perilaku manusia, bukan hanya kelemahan teknis.
Ancaman dari dalam melibatkan tindakan berbahaya oleh karyawan atau orang dalam yang memiliki akses sah ke data sensitif. Kondisi ini adalah salah satu bentuk serangan paling sulit untuk dideteksi dan dicegah karena pelakunya memiliki akses yang sah dan dapat menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan.
Ancaman dari dalam dapat mencakup pencurian data, sabotase sistem, atau penyebaran malware dari dalam organisasi. Mengatasi ancaman dari dalam membutuhkan kombinasi kontrol keamanan, pemantauan perilaku, dan budaya keamanan yang kuat di seluruh organisasi.
DNS tunneling adalah teknik yang menyalahgunakan protokol DNS untuk melewati langkah-langkah keamanan, sering kali dengan tujuan untuk menyaring data keluar dari jaringan yang aman.
Dalam serangan ini, hacker memanfaatkan kemampuan DNS untuk mentransmisikan data di luar port standar, memungkinkan mereka melewati firewall dan sistem keamanan lainnya. Tunneling DNS memanfaatkan fungsi dasar dari protokol DNS yang dirancang untuk menerjemahkan nama domain menjadi alamat IP, tetapi disalahgunakan untuk tujuan yang berbahaya.
Serangan berbasis IoT menargetkan perangkat Internet of Things (IoT) yang terhubung ke jaringan, yang dapat mencakup berbagai macam perangkat seperti kamera keamanan, perangkat rumah pintar, dan lainnya.
Perangkat IoT sering kali memiliki keamanan yang lemah, membuat mereka menjadi target yang menarik bagi hacker. Dengan masuk ke dalam perangkat IoT, pelaku dapat memperoleh akses ke jaringan, mencuri data, atau bahkan mengendalikan perangkat tersebut untuk tujuan mereka. Serangan berbasis IoT memanfaatkan kerentanan keamanan pada perangkat terhubung, yang sering kali kurang mendapat perhatian keamanan dibandingkan perangkat komputer tradisional.
Dengan kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI), hacker kini juga memanfaatkan AI untuk melakukan serangan yang lebih canggih dan mentargetkan orang secara spesifik. Serangan yang didukung AI menjadi semakin canggih dan sulit dideteksi, mengingat kemampuan AI dalam mempelajari dan beradaptasi secara otomatis.